AddThis

Share |

Kamis, 27 Mei 2010

Istana Kayu (6)

Kalau tiba hari itu apa yang akan kau lakukan?
Kuil, kata si tua berjenggot putih.
kuil tempat semua kayu-kayu di tatah menjadi patung. dia adalah pemilih kayu yang indah-indah.
di tak pernah memilih yang keras-keras. terlepas dari itu semua, aku bertanya: ini kuil, pak?

Ya, menurutku.
ketegangan adalah sesuatu yang dicari kebisingan yang seperti mesin raksasa menderu-deru
di kepala bukanlah tempat yang dituju. pecahan hati laksana air yang tak bisa di rekat di sini.
kalau ini istana kayu, itu sedikit masuk akal. terlepas dari itu semua, aku bertanya: ini kuil?

Tak ada jawaban. tiba-tiba; ya, menurutku.
cahaya terang di ujung kuil itu kudatangi. mau kutemui pak tua yang bersuara itu. tapi tak ada siapa pun di sana,. rupa seperti patung pun tak ada. raut seperti istana apalagi. aku sadar di sini aku sendiri.
aku an aku. aku dan suaraku. suaraku dan mauku. mauku dan keinginanku. keinginanku dan kepercayaanku?

Mendaki aku menyusuri bukit di sisi kiri tempat itu. dari puncaknya kulihat indah sekali bangunan kayu itu. istana kayu. ya, menurutku. itu suaraku. pak tua memang tak pernah ada. aku lalu tersembul di dalam kuil. deretan kesunyian di dinding kupandang. gapura ketenangannya kutentang. tetap tenang. tak berbisik seperti kecil seperti kuil. ya, menurutku. bukan suara pak tua itu.

Kalau tiba hari seperti ini. apa yang akan kau lakukan?
menyadari kebahagiaan sudah datang.
di istana ini. di kuil ini.
di sini.

Selasa, 25 Mei 2010

Istana Kayu (5)


<< setiap kali, nyaris selama sebulan penuh, saya dan teman saya Valent, bertemu dengan gadis itu di pintu gerbang yang belum sepenuhnya terpentang. Dia biasanya sudah berbedak anti-matahari dan kami sering menyapa selamat pagi dan bertukar senyum, pengalaman yang mengharukan sekaligus menyejukkan >>


Tiap kai kutemui dia di taman dengan senyum manis di tambah lesung pipinya.
membuatku terkesima pada kekuatan seperti itu. 
pada keadaan seperti itu.

Sesuatu hal kadang menampilkan pandangan ironis dan tak adil.
tapi benarkah dia merasakan itu?
dia belum pernah mengeluh bahkan tak pernah berpikir bahwa hari lahirnya perlu dikutuk sebab adil dan ketakpantasan.
dan dia, kurasa seperti aku. juga membutuhkan cinta, perhatian..... dan saat dimana dia tak lagi datang ke taman dari istana kayu ini. untuk memimpikan pengharapannya.

Dan dia.
mau kubawa terbang ke awang-awang setiap kali aku beradu wajah dengannya di bawah gapura istana kayu. tapi senyumnya melumpuhkan hasrat besarku. senyum yang menyejukkan dari kesucian.
aku tak perlu ragukan. aku sudah jera meragukannya. sedapat-dapat dia bawa gandeng aku ke bawah pohon rindang itu dan dia menatapku lekat. dia tersenyum kecut. aku merasa dadaku sesak. tapi terus beradu panang seperti itu.

Ah........ dia bilang istana kayu ini adalah mimpi yang sedikit-sedikit kubangun dengan bunga Aster merah muda untuk mimpi hari itu. yang terus kaudengungkan padaku. mengetahui itu aku tersenyum. lalu melepaskan semua semangatku dan pergi dengan Aster setangkai di tanganku. kenangannya bagi masa itu. untuk masa nantiku juga. kalau-kalau dia ada di masa itu seperti aku. dia ada taman.........
istana kayu...........
istana kayu..................

Senin, 24 Mei 2010

michael jackson - heal the world (lyrics)

Minggu, 23 Mei 2010

Istana kayu (4)

 << kadang-kadang di celah-celah ributnya mesin pemotong/ bubut, saya memandangi teman-teman buruh perempuan saya yang bekerja dengan tekun, mungkin saking tekunnya sehingga tatapan mereka kelihatan kosong. Saat itulah saya ingin cepat2 kembali dan menulis sajak untuk mereka, sebab saya takut kenangan akan perjuangan mereka lenyap >>

Aku setuju kalau dia berpikir bahwa masa mudanya itu mesti terus diisi dengan datang subuh-subuh ke taman itu dan duduk di bawah pohon rindang. dengan Aster merah mua di kelilingnya.
dia mengumpulkan bunga.
dia indah sekali.
sepenuhnya aku yakin. dia juga akan menjadi indah di masa tua. tapi akankah hari setelah hari ini akan menjadi seperti mimpinya?

Kadang kukasihani diriku yang harus melihatnya setiap pagi seperti itu.
tak bisa pulang sesuka hatinya sebab perih rasanya kalau dia terpaksa pulang di panas terik.
belum waktunya. aku harus menunggu. saatnya tiba. kamu mungkin..............

Itu katanya. sekali waktu aku bertanya kepadanya. kenapa dia tak gembira bisa pulang lebih awal. 
dari situ aku menyesal dan seterusnya aku hanya tersenyum padanya.
terharu setibanya aku di pikiran dan pengharapan akan masa nanti.

Karena dia menangis. dan aku pasti terluka.
bila musim bunga tak memekarkan Aster merah muda lagi. dia berpikir dia pasti mati kalau istana kayu tak membutuhkannya lagi.

Aku melihat. aku merasa. aku perhatikan. aku........... aku.......... pikir
ah............ cukup............... jangan!!!!!!!!!!!!!

Sabtu, 22 Mei 2010

Istana Kayu (3)

<< biasanya pagi-pagi saya dan teman baik saya, Valent, datang dengan ojek ke pabrik itu. Kami sering berpapasan dengan seorang perempuan muda yang sudah bersuami dan beranak (keguguran, kata orang). Dia masih sangat muda: 16 thn >>


Merah muda warna bajumu. dengan kening lembut di atasnya. mengelokkan parasmu.
di atas kepalamu matahari bersinar terang.
tepat di atas mahkota kecantikanmu. yang selalu kau bungkam dengan selendang hitam.
kulihat kau di istana kayu itu.

Aku ingin selalu bercerita sebagai pembuka suasana baru ini.

Beberapa masa yang lampau, seorang gadis belia berjalan dengan nyanyian datar di bibirnya.
ketika itu, burung-burung berhenti mengepakkan sayap di udara.
mereka tenang mendengar.

Dengan keranjang anyam dari rotan. dia belit sedikit pita di tangkai lengkungnya. seperti pita merah muda di rambutnya. dia melangkah melewati rumput pagar taman. 
hari itu saja dia tak pakai selendang hitam itu.
cuma hari itu.

Sepertinya pikirannya kosong. hanya dengan sedikit pelajaran rumah tangga dan pengetahuan dari istana kayu.
tapi aku pernah belajar darinya. mungkin dia belajar menunggu. suatu hari nanti dia bertemu.
seorang pangeran di istana kayu dan punya buah kasmaran untuk ditimang selepas mengumpulkan bunga.

Jumat, 21 Mei 2010

Istana Kayu (2)

<< masih di pabrik kayu yang di tengah hutan bambu itu, kami mengatur palet dan mengguling gelondongan dari Sulawesi. Kebetulan Valent asalnya dari Sulawesi, malah di tempat asal kayu itu sendiri. Ketika saya lihat wajahnya, dia tampak tidak suka >>


Aku tahu sudah sayang. sebelum bibir merahmu itu dekat ke telingaku. 
kau tahu aku mengerti ketika bening matamu memantulkan ketulusan dalam sebuah gugusan cita yang mulia saat takdirmu dan takdirku tercipta.

Aku tahu, kau tahu bahwa takdir itu mengikuti kesucian perjuanganmu dan langkahku.
dia bukan sesuatu yang mati. dia hidup seperti kita.
seperti...........
kata yang keluar dari kecemerlangan matamu yang ingin kudengar setiap kali kita bermain di taman dari rumah yang kita sebut istana kayu itu.
kudengar: masa depan, lalu
kudengar: ya, terus
kudengar: itu untukmu.

Aku tahu dari suara dan matamu sayang. tapi itu sudah terbentur dengan akhir kita bermain di taman ini. akhir dari katamu, akhir dari ketulusanmu.
akhir dari belajar merangkai  bunga. aku tak pernah menyesal karena kutahu kau kuat bahkan lebih tegar dariku. bila istana  kayu itu diterpa angin ditimpa hujan. aku tahu. kau tahu kau kuat maka. kuterus berkata: "kuharap kau selalu dengan kata kita itu: masa depan
ya
untukku.................

Kamis, 20 Mei 2010

Istana Kayu (1)

<< entah hari ke berapa di Perusahan Kayu orang Cina yang tersembunyi dalam rindangnya jalinan pohon bambu. Saya biasanya duduk di atas tumpukan gelondongan kayu yang mudah rumpang. Inilah suatu kali ketika teman saya, Valent tertindih ujung gelondongan >>

 
Aku tahu awal bulan orang-orang datang ke rumah itu. sebuah rumah yang kita sebut istana kayu. tapi tidakkah kau tahu untuk apa aku datang.
Orang-orang itu datang. terlebih untuk apa kau datang dan kita bersama masuk ke dalamnya setiap kali kabut mulai menipis.

Aku tahu awal bulan orang-orang datang ke rumah itu. sebuah rumah yang kita sebut sebagai taman bermain kita.
Tapi aku tidak tahu. atau kau tahu untuk apa kita terima uang lalu melihatnya di genggaman kita dalam tangan yang terbakar?

Jangan...............
jangan dulu kau sebut sekarang ini. jangan juga berbisik di telingaku untuk apa itu. simpan dulu sampai hari itu
ya?

Candry di Tatahan Senyum

<< sajak dibuat ketika saya tengah duduk di atas rumah panggung sederhana di daerah Pattene, sementara di samping saya ada temen saya: Valen dan Soni, Petrus sedang cuci muka di sumur >>


Bagaimana kuterangkan pengetahuan bila yang kuterima senyummu?
setiap kali rambutmu diselubungi kain biru tua, aku jadi jera pada pengetahuan.
tanpa.............pengertian..........lembaran-lembaran yang kosong belum tentu dapat di balik
setiap kali di isi penuh.

Di ujung mega, kupu-kupu biru bermain girang.
semakin tinggi terbangnya, mengepak tak lelah ke segala penjuru.
tempat itu yang kutunggu setiap datang pagi ke sini melihat bekas-bekas senyum
dan melihat kembali
setiap kali...........sekali lagi
melihat senyuman itu

Tak ada yang buta pada apa pun bahkan bagi yang tak melihat sejak hari lahir pun semua terbuka di depan
ke depan ke belakang. tinggal tubuh yang melusur. dan kudapatkan sebagian citramu begini:
bagai muslimah soleha yang tersenyum dan tak mau di sentuh. mungkin saja. lihat saja. di tengah kekasaran ada kelembutan yang terindah.
Aku, kalifatullah sejati. yang berpikir pada pengertian dan tak mau di ganggu kegelisahan. bayangan beda.
lalu kembali ke sini:
bagaimanakah kuterangkan semua ini. yang telah terjadi. pada setiap senyum di senja hari yang mau berpaut pada pengertian di gelisah hati sampai ke ujung hidup. tak pernah kita kan mengisi lembaran yang tak bisa dibalik tanpa coretan?

ataukah
senyum dan pengertian sudah terwujud untuk membuat coretan hari ini penuh sampai ke belakang......
aku tahu sulit pengertian ini merapat pada senyuman itu. tapi bukankah kita telah yakin mereka adalah wujud yang mampu menceritakan seuatu. kita tahu bahwa.....
tersenyum saja sudah cukup.

Rabu, 19 Mei 2010

"...jangan! janinku..." 2

Menunggu penuh senyum
karena hidup kehidupan yang ramaikan sepi ketika satu kehidupan datang

10 minggu lewat
aku bukan jadi hidup yang ada di dekatmu
sudah tertimbun ceritaku dalam pasir bersama kerisauan
aku terus menangis dalam keterlupaan akan sedihku
tanya? bolehkah?

untuk apa sesiapa mempertahankan hidup dengan hidupku?
walau begitu, tak mengapa
tapi
hanya dia satu keramaianku nanti
sehingga tak akan kuasa aku dalam keterpisahan dengan dirinya
bagai tak ada dan tak pernah nyata hidupku
sesiapa itu?
sesiapa yang
sesiapa kan
sayangi aku
peluk aku
boleh?
 cintailah hidupku yang telah terberikan cuma-cuma ini
boleh?
hidup sepuluh mingguku!
MUA!!

Senin, 17 Mei 2010

"...jangan! janinku..."

Sepuluh minggu baru kusadari
dua kesadaran atas dua kehidupan bersama diriku terlelap, terkejut, sepi.
aku helai nafasku hanya untuknya
sepuluh minggu tak tahu putra atau putri. yang kumengerti ialah hidupku
walau aku dinista gadis pembawa aib

aku. sendiri. kara sebatang sepi dalam hidupku
bila kehidupan pedih ditinggal pengasuhan
sepuluh minggu setelah aku terlahir, bulan menjadi berkat?

lalu, tanpa kuasa cinta bertubuh pada tempat yang salah
hina sehina hinanya kutukan cintaku
dina benarkah buahku? tak apa, dia tak perlu salahkan sesiapa yang
sesiapa kan
lagi
tanpa teman dan pegangan
kuterus menanti.

Minggu, 16 Mei 2010

Di sini, di pusara rumahku 2

Di sini, di pusara rumahku aku masih membuat mainan untuk cucu-cucuku
siapa tahu mereka senang mainan dari tangan kurus dan kering ini
tak ada yang dapat menilai entah siapa pun dia
mainan buatan tanganku atau mainan buatan pabrik semuanya sama
nilainya karena itu hasil...hasil karya kita

Dulu cemara-cemara itu tumbuh dari air yang berkekurangan
hanya setetes dan setetes tapi dari bantingan lenganku ini
mereka jadi tumbuh subur menjulang...menjulang
tinggi dan lebih tinggi lagi

Di sini, di pusara rumahku aku tersenyum dan menangis suka karena
cemara-cemara tinggi itu
rumahku ini
pernah disukai orang.
ah, tanganku.

Di sini, di pusara rumahku 1

(mau mencintai buruh. bukan sebulan. bukan setahun. tapi seumur hidup)

Di sini, di pusara rumahku aku melihat keluar dari balik jendela kamar keluarga
pohon-pohon cemara yang tinggi-tinggi menjulang mengorek angkasa mereka mengelilingi rumahku
rumah yang kubentuk sendiri dengan kedua tangan kurusku ini
ah cerita lalu
waktu kekuatanku tak tertandingi
lenganku adalah asal cemara yang tinggi-tinggi itu
waktu mataku adalah pandangan yang paling lurus itu dulu, dulu sekali

Dua laki dan dua satu nona anakku dari ibu pekerja sejati yang sangat mencintaiku
mereka bukan seperti aku... dulu tapi sedikit menyerupai aku...kini
mereka kasih pekerja seperti aku namun tempatnya di puncak-puncak cemara yang tinggi-tinggi itu
aku melihatnya

Sabtu, 15 Mei 2010

Bab XXI

17 april tahun 25
jam bandul tua menunjuk angka 12. angka di ujung segala kebaikan
13 angka itu. duduk menunggu di tepi pintu menanti jarum jam panjang 
detak detik ke dekapannya. sekali.

lagi dia tak mengenainya.
aku ada dalam bayang nyata. katanya di tengah gedebak gedebuk buku-buku terjatuh
lahir untuk menangi?
tidak mungkin. lagi. siapa peduli.

pada angka 13
lemah-lemah dia tatap air di danau
terpantul juga. ketakutan wajah merah mudanya. pelangi di atas langit melengkung dari ujung ke ujung.
menunggu-nunggu

aku citra dirinya. melepas angin selepas bebas. sepoi. hidup cuma ini. mari birukan hati ini. hari ini. dengan melototkan mata bila dekat-dekat hari. dia datang menggunting tepat di tengah jahitan hidup. kau dengar bisikan itu? dengar. ada hidup di luar sana. ada kami di luar sini. kami yang merasa seperti rasa kami yang terlahir. bagai hari pertama mata silau oleh cahaya di kamar serba putih. di sini juga putih. tapi dengarkan lagi. masih bisa kau dengarkan mimpi yang belum jadi kenyataan.

kita bertiga. ah bukan. berempat kami bersama menanti ceramah dari yang aku ini. dia yang membawa aku sampai di sini. merasakan peti. baik. teruskan. aku akan diam. ok. hiduplah hidup. kau hidup? ya kau ini hidup. lihat remang di depan. itu jalan remang. terang tak pernah ada sayang. remang. remang yang ada. aku tak mau. menyerah saja padaku. hai kecil. aku pemimpinmu. maafkan! ampun. ampun. jangan coba mendesakku lagi. kenapa kau pengaruhi aku? kenapa kalian ajari aku yang seperti ini.

pergi. pergi. ini hidupku. ini pelangiku. ini hidupku.
masih panjang
masih remang
selamat berjuang
jangan kekang.
ah..ah..ah..lo

Manna Surgawi

O penciptaku dan tuhanku tersembunyi dalam sakramen maha kudus
jiwa ini memuliakan dikau karena segala karya jemarimu
kau sentuh aku membuka mataku
mengajakku melihat kebijaksanaan kebaikan dan kerahimanmu

Kau hamburkan begitu banyak keindahan untuk kunikmati
mereka berbicara kepada telingaku tentang keindahanmu meski itu cuma pantulan kecil cahaya matamu yang tak terselami

Mataku yang disinari oleh iman kau beri
kau mampukan melihat rupamu di setiap bekas telapak kakiku
maka hatiku tenggelam dalam kemuliaan dan doa

Hari ini saat lembayung dihinggapi gelap
keindahanmu masih memberi aku senyum
kau sentuh aku saat bintang muncul satu-satu

Bibirmu sendiri, guru, kau berikan untuk jiwaku
kau peluk erat-erat pinggangku dan usap dahiku
kepada telingaku kau berbisik lembut:

Tak ada yang dapat mengganggu hubungan kita. hatiku menangis. menangis sampai perih mataku. kau usap halus. memberi manna yang hidup hingga segenap jiwaku yang tertidur bangkit dan memuliakan engkau dalam setiap hembusan nafasku.

Jumat, 14 Mei 2010

Untuk Rasul

Hari ini saat matahari pagi keluar menyambut pekat malam, bapa penguasa sorga menemui rasulnya. persabungan antara asa dan kenyataan meredahkan dendam dan benci. cuma cinta dan kasih menjadi satu bersama butir air mata deras.

Deras duka hati yang keluar meluap-luap dari tingkap mata hati dunia. kerahiman bumi menerima rela rasulnya. untuk bersatu lagi bersama kefanaan melangkah ke dalam rerimbunan kebakaan jiwa.

Hari ini, setelah bulan tinggal putih, sendirian di kaki langit, matahari bersinar terik sekali, menerangi jalan rasul, menyambut jemari bapa untuk...

Bersembah sujud dalam doa. tepat di hadapan tahtanya. tepat di depan hati kudusnya. tepat di bawah roti yang melayang lembut. sebagai kekasih engkau tinggalkan cinta. seperti jiwa engkau tinggalkan semangat bagi kami yang belum berhenti bersedih.

Hari ini ada duka. hari ini matahari bersinar cerah. esok tinggal kenangan indah. esok semangat menjiwai. doakan kami di setiap hembusan napas bapa, untuk dosa dosa kami pada putra dan bantuan roh mengarahkan kami kembali. kembai. kembali lagi kembali.

Sicka

Aku mulai berharap suatu saat aku dan dia bertemu di waktu di tempat yang semestinya
bukan di dalm bingkai misteri lagi
coba tunjukkan merah bibirmu sekali lagi untuk kukenang dan kuulangi semua guratnya
maafkan kalau tak pernah kuberikan senyum semanis yang saat itu kau inginkan
hanya saja kuharapkan kau duduk lagi di sana memalingkan wajah suarmu dan tersenyum padaku

Kujanji akan menyalami semua artimu apa yang ingin kau berikan, katakan semuanya, jangan peduli pada waktu dan masa
tersenyumlah dikau di tidurku bawakan aku bahagiamu di dalam hariku
walau nanti kita tak kan pernah berjumpa, kekang saja hasrat
untuk tak tersenyum lagi pada kemana

semua
siapa saja masih ingin kau tersenyum
aku yang tak pernah melihat matamu dari dekat ingin menyaksikan gairah senyum manismu di langit biru
siapa sebenarnya kamu, Sicka?

Gadis Itu


Angin dan juga hujan membawanya ke tempat berteduhku
gadis itu yang datang kemari dengan maksud sangat baik
menarik

Panas terbentang di depan tubuhku, dia belum tahu itu
gadis itu menarik jiwaku padanya taman penuh cinta jiwa baru
jatuh hati

tak sadar dia lepaskan auranya menerobos benteng-benteng kuat
di depan jatung dan hati
di dekatku gadis itu tak lepas kuperhatikan, menyerap semua candanya
saat dari ujung alis matanya bibirnya kulihat merah bergetar dia bicara hidungnya di macung
oh sayu meruntuhkan sengatan matanya lalu kujimatkan kata sakti agar kuasa menahan
beratnya hati kerena penuh oleh kasih sayang sbab tungkaiku hampir pasrah pada 
kekuatannya sendiri

Kamis, 13 Mei 2010

Hon Sunyi

Rasa terganggu atau pikiran mengoncang rasa itu?
tak pernah tahu, yang pasti jadinya abuabu, ya abuabu
kecewa dan terlahir insan ke dunia dalam hidup matahari bulan
merayap dan disematkan sayap
akhirnya terbang ke pula seberang indah bayangkan

jangan disesalkan kata itu
jangan airmata menetes ke bumi yang tenang 
pemberi dan pengambil

Hon bukan dia Hon bukan selalu
bisa menarik lalu menarik semua insan yang mendekta
sunyinya jiwa lambangkan tenangnya pikiran ragukan

inginnya seperti semua maunya seperti dia
semua jadi indah jauh dapat merapat gelegarkan tawa
lambai sudah jarijari lima lalu senyum menghias merahnya bibir itu

Insan cinta Hon cinta
dia insan cinta wanita Hon insan cinta pria
dada jadi saksi kecamuk rasa bergolak minta ekspresi
itu dia itu cinta teriakteriak datang dengan keras
Hon coba berbisik pelan berkata kepada jiwa sunyi akan jalani semua tanpa nalar
akal yang disehatkan pengertian

dia insan wanita usik nalar hingga tak mampu menyerap
lalu matikan rasa dan lampu kamar pun padam
kau cinta seonggok daging diam seribu diam sunyi seribu sunyi
seribu sunyi Hon sunyi dan tak berarti lagi?

 
Powered by Blogger