AddThis

Share |

Selasa, 27 Juli 2010

Yang dapat kuberi

Aku ini adalah sebuah rumah kertas. umpama tetesan air menyentuhnya
tak mungkin aku utuh selamanya. jadi jangan tumpahkan kesedihan
di dadaku... sayangnya

Aku ini adalah sebuah rumah kertas. berwarna putih.
abu-abu dengan sebuah kalung di depan pintu.
kalau maut datang.

Aku akan tinggalkan besi-besi ini. yang membuatmu mengingatku
sakit memang... tapi apa latah. hanya itu yang dapat kuberikan.
dari yang tertinggal di hidupku.

Sisa dari kenangan hidupku. tapi jangan kau umpamakan aku sebagai peminta-minta.
karna yang kuberi bukan yang harus kau berikan kepadaku.
aku ini adalah.

Yang pernah kau tahu. bukan lagi rumah kertas. aku ini adalah.
besi-besi itu. kalau dia tergoncang. kenangan pasti di ulang.
sekali lagi.

Kamis, 15 Juli 2010

Orang-orang Kerja



 *selain buruh perempuan, di pabrik kayu itu juga ada buruh laki-laki. tak banyak laki-laki seperti laki-laki ini, meski saya tak pernah tahu namanya sampai saya keluar dari pabrik itu, saya masih teringat wajah dan kesungguhannya bekerja menggulingkan gelondongan ke atas truk pengangkut. seakan saya melihat kakek saya sendiri banting tulang menghidupi keluarga. sedihnya*


DEBU: (kulit cokelat bergerak gemulai di atas tanah. terus ke udara terus ke udara tinggi. kehidupan dengan kayu dan batu di tangan. melihat ke depan sambil tersenyum lembut)

AIR: (sesedap matahari menyantap uap....selepas pagi buta. siang menikam keras. lewat tengah hari cahaya terbias. bias tanda sudah koyak dan siap terlelap dengan selimut terkerat-kerat)

RASA: (asal usul takaran segala. asal mula kepiawaian tangan memainkan lengan. dari dasar air. debu bergumpal. berseru-seru: hidup untuk kerja kerja untuk karya. yang di atas bekerja yang di tengah bekerja yang di bawah bekerja terus)

.........lalu ketiganya 
bermain-main. bolak-balik
di sebuah onggokan keras. mengukur tingginya tonggak-tonggak.
lalu bersampan teduh pulang ke dekapan malam untuk melihat bintang-bintang.
berdiang di samping rembulan...

Selasa, 13 Juli 2010

Lamunan di atas pasir

Malam itu aku kedinginan. kucoba memukul-mukul dadaku supaya hangat.
percuma. keluar pengaduan pada butir-butir pasir bergemerisik. dadaku sakit.
dan juga sesak.



Surut mataku kupejamkan saja. supaya tak kulihat bintang jatuh.
beribu-ribu menikam bumi. sakit sekali sampai keluar keluh.
bintang jatuh....lebur terkubur.

Tiada kenyataan bahagia diperoleh. selamanya tetap dongeng nenek.
cerita lama kakek. kalau kau percaya...
cubit-cubit aku supaya sadar nalarku dari lamunan.

Di atas padang pasir tak berujung.
percuma lamunan di atas pasir.
percuma gagah-gagahan kalau sendiri.

Minggu, 11 Juli 2010

Tabah. (B)

kau tertunduk...(kabur pandangan ke masa senja)
melambaikan keinginan angin serupa senyum di bibirmu.
putih. memang selepas kelahiran. kau putih, itu kemarin.
sudah lama sekali seperti hari rabu ada di belakang saman.

hari ini tak bisa kau tutupi wajahmu dengan selendang.
tak pernah bisa kau bingkaikan semua keindahanmu supaya jadi kaku. 
kau hidup.

dalam kepenuhan ketetapanmu.
hanya dirimu saat ini kulihat dalam kepenuhan.
dalam ketetapan hati kau benar sudah.
kau pastikan kau adalah hayat yang tabah itu.
kau hayat tabah itu. kau hayat tabah.

Kamis, 01 Juli 2010

Tabah. (A)


sisa waktu masih berjalan. mengusung suka dan duka di pundak. lewati jembatan dari barisan peluh. julurkan telunjuk biar kusambut.
patah dayung hasrat. patah jenjang kebahagiaan. keluh suaramu sekali. cuma sekali itu. saat masa muda belum rampung. menyesal? tidak. katamu lekas.
celah itu tak lag jadi ingatan. sudah sebesar purnama jalannya ketika air dan angin mengalir bersama senyum dan sinar mata. melesat berdua. tentu itu sudah sepenuhnya dirimu.

terasa waktu gugup. gagap. mengalir pelan takut ditelan. karena sukmamu tlah bersinar seperti purnama. kataku. seperti purnama. ketulusan yang berberkas-berkas. terberi keluar dari rongga sukmamu. mengajarku membenah ketabahanku. yang diujung jembatan ini kau ajarkan.
tabah. kau tabah. aku. tabah.

 
Powered by Blogger