AddThis

Share |

Senin, 28 Juni 2010

Jangan terus menunduk

kuil itu adalah kumpulan cahaya
kau akan melihatnya begitu matahari membenam
itu tak lama saat di Utara bintang tak muncul dan mendung di atas pelataran langit
kau masih menunduk dengan sekeranjang cinta kau beringsut mendekati bukit dan mengumpulkan embun
halus di kulit wajahmu saat di Selatan bulan pun tak lagi menguning
jangan terus menunduk begitu
biarlah kulihat kumpulan cahaya di wajahmu
lepaskan semua resah dan hasrat agar tak sia-sia aku berjalan ke kuil ini
karena mau kutangkap maknanya dari cahaya mata sayu
saat kubertemu kau dengan menyisakan wangi dari pecahan cahaya


*suatu hari, saya begitu marah pada Murni sebab dia terlalu banyak menunduk ketika berpapasan atau bertemu dengan para pekerja yang levelnya lebih senior dan tinggi. semacam ada ketakutan pada mereka yang berpendidikan, padahal waktu itu saya dan kawan-kawan masih begitu muda dan belum berkuliah pula*

Jumat, 25 Juni 2010

Melompat ke Bulan



membawa dirimu (Muni) inginku bawa harapan 
melompat ke bulan
siapa tahu kan jadi kenyataan setelah melewati awan
tapi kenapa kau pasak mimpi hangatmu di bukit-bukit Timur yang kelam
memang di belakang bukit itu bulan muncul kekuningan
dapatkah kita lompat bersama ke punggung bulan penuh kalau selendangmu terpaku di dada bumi
aku tak mau lompat sendiri sebab
kalau luka lagi
rasaku kau tak bersamaku mengobati aku
tak mau luka terpeleset dari bulatan bulan tanpa kau ada di eratan jemariku


*kadang lucu juga bermimpi bahwa saya bisa mengajak teman-teman saya yang bekerja di pabrik kayu itu untuk melarikan Murni dari sana dan memberikan dia pendidikan juga pekerjaan yang layak baginya. meski teman-teman juga bertanya: memang bekerja pada pabrik kayu tak layak baginya? adapun perlu diketahui, saya lebih nyaman memanggil Murni dengan sebuatan kasih: Mun..terdengar seperti Moon, bulan. ah, bagaimanakaha kabar dia sekarang?*

Kamis, 24 Juni 2010

Jarak yang kosong

*saya memang sering merasa Murni membuang-buang masa belianya. tapi saya kemudian diajarkannya bahwa masa belia juga bisa diisi dengan banting tulang yang sarat makna. kalau kita orang kaya, kita mungkin lebih menikmati masa belia, begitu sering kali sanggahannya. saya suka.*


Kenapa jarak itu tak kau isi?
untuk diterbangkan angin? atau karena rasa lelah? kalau takdir....
perjuangkan sampai selesai.
di tanah ini kamu gelisah. seboleh-bolehnya marahi dunia.
lelah perjuangan. untuk ini saja. hanya buat ini.

Dimana masa yang hilang itu. yang terlanggar jauh. siapapun tak rela biar minta. tapi kau murni...
perjaungkan sampai selesai.








Selasa, 22 Juni 2010

Kulihat kau

 *hari itu senin. orang-orang yang menamai dirinya buruh pabrik kayu masuk kerja. di antaranya ada saya dan juga Murni, gadis belia yang selalu berkerudung hitam seakan dia berduka sepanjang saya bekerja di pabrik itu*


Kulihat kau Murni
kulihat cintamu suci seperti gadis kecil menari-nari

senin lalu kau cantik sekali. berjalan dengan kerudung ini.
senin ini semua tersingkap lagi. kau bukan saja cantik sekali juga.....
gadis yang masih belia. ingin lepas selepas angin. membelai-belai mesra di setiap goresan di dinding asin.

tapi kau bukan saja Murni.
kau bukan angin bebas. dengan tugas kau perhatikan masa depan terbias. kau murni.
kau bukan murni. kau murni ya. kau tetap murni.
apa pun terjadi kau tetap. kulihat kau murni. kulihat bebanmu penuh.
sejak kau melompati jembatan masa ini.
ke masa yang masih jauh.

Sabtu, 12 Juni 2010

Di ujung jalan

 *perkenalan saya dengan seorang gadis belia berumur 16 tahun yang begitu cantik, sering berkerudung, seorang buruh pabrik kayu, yang kata teman-teman kami, dia sudah punya suami, penjual ikan keliling, jangan diganggu. saya merasa selalu melihat wajahnya sendu tiap pagi kerja. kenapa?*

 

Kaukah gadis merah muda di ujung jalan?
kenapa kau mematung sendiri di situ sedangkan jejak belia trukir belum sempurna....
dekat kaki kami
aku terus bertanya; apa yang kau tunggu di ujung jalan. sepertinya kami belum mau ke sana. kalau nanti akan ke sana tanpa membawa beban sebab kami ingin selesaikan masa yang penuh hasrat bercampur-campur ini.
masa belia kita?
sekali lagi aku bertanya; untuk siapakah kau berdiri di ujung jalan? untuk dirimu kuharap. untuk dirimu saja kalau kau tak pernah diajak memilih warna apa untuk menutup tulisan ini.

Jumat, 11 Juni 2010

Bingkai sakit hati

(kadang-kadang ketidakadilan terjadi di depan mata saya dan itu dilakukan oleh orang-orang yang mungkin jika kau bertemu dengan mereka, kau akan menganggap mereka orang baik-baik. tapi tidak seperti kelihatannya)


ada yang diciptakan sempurna
ada yang dibentuk begitu indah
ada yang terlahir dalam bentuk sebuah bingkai........

cuma
memperindah kegemerlapan yang
ada. jika gambar terkoyak
maka bingkai dapat membuat 
dia dinikmati selamanya.........

bukan bingkai yang dikenang tapi
gambarnya. selamanya seperti itu
tak ada yang coba membalikkan
nya. tak ada

Tinggalkan aku kebahagiaan semu


(ada saat-saat saya merasa sangat tidak bahagia dan itu diperparah waktu saya berjalan-jalan keluar kamar, tapi saya merasa tidak ada yang berusaha membahagiakan saya, bahkan burung-burung dan kupu-kupu itu)


Tinggalkan aku kebahagiaan semu
untuk kesetiaan yang tak bisa dibandingkan lagi. untuk senyuman manis yang mungkin tak dibutuhkan. untuk perhatian yang tulus tapi mendatangkan kepedihan.
saat mana kau datang kebahagian? aku bertanya kepadamu!

Benarkah kau datang, ataukah aku tak tahu benar bahwa kau sering datang. aku berkata: hari ini kau tak datang. benar kau tak datang.
jikalau kau tak pernah datang oleh karena pikiranku mewujudkanmu dalam kebahagiaan semu.
kalau begitu bodohnya aku. mengukur diriku setinggi langit tapi dengan awan yang lebih jauh di atasnya.

Mana langit nyata.
oh, tapi kebahagiaan itu sekejap mata datang hilang dan lenyap kapan dia datang lalu lenyap tak pernah tertandai oleh batas masa. histeriamu membutakan aku. oh kebahagiaan nyata yang kebahagiaan semu. 2000 tahun silam kebahagiaan semu menjangkitiku. setelah disucikannya aku pada seluruh tubuhku.

Aku seyogyanya jadi pucat pasi. berhenti dan bingung pada kebahagiaan itu. jadi, pergi saja kau. lebih awal waktu mataku masih dibuai mimpi. atau seandainya kau punya kesibukan lain, jangan kunjungi aku.
kalau memang kau mau selubungi lukaku dengan aksa baru nan sejuk. aku pasti menangis tersedu.
bila kau tak mau menyentuhku. jangan mengintip atau mengeluh.

Cukup di depan pintu saja kau tempatkan kesemarakanmu. akan ku hargai nanti waktu aku buka pintu.
dan seandainya kau memutuskan untuk menungguku memutar kunci. pasti aku akan terluka lagi oleh angin yang kau bawa di belakangmu. aku sedih sebab salah menilaimu. kau kan tak pernah ada dekatku. aku memang pembohong setiap kali kutertawa dan kataku:
itu bahagiaku
aku yang sepi itu aku yang tak mengenal kapan kau datang kapan kau datang. 
aku sendiri tak tahu mungkin juga tak pahami untuk apa. aku sendiri saja.
itu bukan bahagia.
pergilah. tinggalkan aku kalau kau ada.

Kamis, 10 Juni 2010

Melamar Gadis dari Asa (p) (b)


(hari itu saya bersama teman saya, Petrus namanya, diajak berkunjung ke rumah seorang buruh perempuan di pabrik kayu itu, namanya Ma'mi. rumahnya panggung, musiknya oke dan kami disuguhi kue-kue khas muslim yang enak sekali. kangen si Ma'mi)


Melamar gadis dari asa (p) (b)
menepiskan kerinduan berbunga. sehingga musik yang kau mainkan
tak kudengar sendu lagi pilu.
tarian ini bisa berupa hayalan. menjelang pagi kau pasti kembali.
dipingit asap
dipeluk asab 
ditarik asa

aku tak perlu mengeluh. kau juga tak boleh tersedu-sedu. 
bukankah semuanya pasti sampai di titik jenuh?
bila saat jenuh kau malu karena kulit mukamu tak berseri seperti hari pertama kita bertemu.
aku tetap
melamar gadis dari asa (p) (b)
lebih-lebih sebab kau menyisakan kejelitaan yang masih indah seperti dulu:
kau ingat asa
hanya asa....sayang.

Jumat, 04 Juni 2010

Istana Kayu (8)


(terima kasih kesempatan. sebab hari itu, siang itu, saya merasa begitu bahagia bertemu dengan semua teman-teman buruh di pabrik kayu. besok hari akan merah dan mereka boleh pulang ke rumah, melepas rindu bersama keluarga dan anak-anak bayi mereka)


Tidurku di bingkai daun-daun kering yang jatuh lembut membatasi lekuku tubuh tidurku.
kusebut pohon dari daun-daun  itu sebagai sumber kesejukan.
tempat berteduh dan bersembunyi dari penat yang menyusup ke dalam raga. 
sumber kesemuany kusebut.
kata ini terlontar begitu sendu namun sangat indah. aku mau bilang: "terima kasih kesempatan. pesta meriah yang kau sediakan bagiku . yang membangunkan masa mudaku bersama teman-temn mudaku."
untuk menari memuji kehidupan pembawa sekeranjang kesempatan pulang. sekeranjang kesempatan di mukaku. di depan batang hidungku. di hadpan segenap indraku,,,, buah,,,

Seperti buah,,,,,,,,,,
disediakan di atas meja untuk kubawa pulang dan untuk kucelup. nikmat,,,,,,,,,,
300an buah yang disediakan. entah buah apapun itu itu. telah ajarkan aku pengetahuan tertinggi dari setiap gigitan buah kehidupan.
lalu yang dilakukan:
"membagi buah itu kepada yang lain. memberi buah-buah cinta kepada yang hidup. memetik buah mungil penuh rasa manis. dan buah-buah itu. kau khalik. berikan kepadaku sebagai sesama yang mengajar,,,,mengajariku,,,,dengan kesederhanaan,,,,murni,,,,tulus.

Terima kasih kesempatan.
kesempatan:
"kau tenaga itu yang menjiwai tubuhku untuk tidak menahan-nahan kasih dan perhatian untuk belajar pahami sebuah perjuangan dalam setiap kehidupan di salah satu sudut bumi ini.
terima kasih kesempatan untuk masa yang kau ulur mesra bersama selaksa pesonanya,,,,

Kamis, 03 Juni 2010

Mutiara dari lumpur




(waktu itu saya liat teman saya laki-laki yang sama kerja di pabrik kayu itu juga. saya pikir dia berbanding terbalik dengan seorang perempuan belia, sesama pekerja juga, yang soleha dan pendiam. maka saya pengen tulis sajak ini dan membacakannya, tapi belom pernah terealisasikan)


sebenarnya ego tak bisa berkhotbah tentang kebahagiaan dan harapan kalau ego masih duduk di rumah menikmati acara televisi opera sabun. matikan sejenak.
id tak perlu berdiri tinggi-tinggi di atas neraca untuk memaksa yang lain datar di tanah sambil menunduk malu. kecilkan sebentar.
derajat apa yang diukur super-ego sehingga yang lain harus merasa kecil dan sepi?

ego kan yang perlu belajar dari lumpur mengenai kekotoran yang selalu melahirkan gagasan untuk menciptakan dan mengusahakan kebersihan. mereka orang berpunya. sudahkah ego lihat?
kalau id mesti tenggelam dalam lumpur, tenggelamlah. jangan pernah pakai mantel hujan atau helm masker.
kita satu?
super-ego tak kan temukan sesuatu yang indah itu sebelum pagi itu tiba. sebab malam ini super-ego masih merias diri, memoles-moles seperti mengglasur dan enggan keluar ke tanah lumpur di samping rumah. bagaimana ego bisa belajar memeluk yang lain kalau ego berdiri di atas menara dan yang lain duduk di depan pintu menara?

ujung menara bukan ukuran, tapi membuka pintu artinya merasakan penderitaan.
maka yang lain akan segera mendoakan id pada sang khalik mohon hujan yang basuh mata id dan minta matahari terangi sorot mata id. sebab dalam lumpur itu ada mutiara yang sangat berharga.
cepatlah.
bukankah super-ego harus cepat-cepat sebelum menjadi penghambat?

Rabu, 02 Juni 2010

Istana kayu (7)

(tiap kali tidur siang, berjejer bersama temen-temen saya, Valent, Soni, dan Petrus, saya selalu bermimpi tentang kehidupan yang nikmat di pabrik kayu tempat kami bekerja untuk satu bulan ini)

Beraninya kau membagi? bisanya kau bermimpi? lalu aku?

Makan di atas meja marmer merangsang mafsu makan. perut kenyang. ingatkan pada yang tak punya beras.
kursi-kursi terbuat dari jati. halus bergaris-garis seperti motif tenun. ingatkan pada yang tak punya waktu tidur siang.

Mata memejam karna mengharapkan kenikmatan dari kerja sepanjang sama. tentu tak ada sesuatu yang dapat di lahap ini mimpi.
lalu dengan mimpi tentang semua di atas itu dapat mengadakan perjamuan gembira. dapatkah mimpi dibagi?
kepadaku saja?

Tidur di istana kayu bagai berendam di air hangat. tubuh yang pegal di lemas-lemas. dengan cermin di depan yang menampakan wajah yang semakin bertuah. di istana kayu ini tak ada serbuk. deru-deru jauh dari  kamar dan lampu-lampu gemerlapan menggetarkan siang. untuk apakah terjaga terus? untuk mimpi yang dibagi atau untuk perut? wajah di cermin kembali terpantul semakin bertuah. semakin bertuah. ini cuma mimpi.
aku. aku bermimpi lama aku. aku menikmati makan siang dengan ayam-ayam hutan. kugigit sepotong mereka patuk sekali begitu sampai selesai. kali ini aku tak bermimpi lama aku. aku menikmati gerak tanganku dengan deru air terjun. kusenyum sekali mereka balas sekali begitu sampai selesai. aku berani berbagi. aku puas bermimpi walau cuma berbagi dalam mimpi kuyakin ini ada dalam kenyataan.
lalu kau?

 
Powered by Blogger