AddThis

Share |

Jumat, 21 Mei 2010

Istana Kayu (2)

<< masih di pabrik kayu yang di tengah hutan bambu itu, kami mengatur palet dan mengguling gelondongan dari Sulawesi. Kebetulan Valent asalnya dari Sulawesi, malah di tempat asal kayu itu sendiri. Ketika saya lihat wajahnya, dia tampak tidak suka >>


Aku tahu sudah sayang. sebelum bibir merahmu itu dekat ke telingaku. 
kau tahu aku mengerti ketika bening matamu memantulkan ketulusan dalam sebuah gugusan cita yang mulia saat takdirmu dan takdirku tercipta.

Aku tahu, kau tahu bahwa takdir itu mengikuti kesucian perjuanganmu dan langkahku.
dia bukan sesuatu yang mati. dia hidup seperti kita.
seperti...........
kata yang keluar dari kecemerlangan matamu yang ingin kudengar setiap kali kita bermain di taman dari rumah yang kita sebut istana kayu itu.
kudengar: masa depan, lalu
kudengar: ya, terus
kudengar: itu untukmu.

Aku tahu dari suara dan matamu sayang. tapi itu sudah terbentur dengan akhir kita bermain di taman ini. akhir dari katamu, akhir dari ketulusanmu.
akhir dari belajar merangkai  bunga. aku tak pernah menyesal karena kutahu kau kuat bahkan lebih tegar dariku. bila istana  kayu itu diterpa angin ditimpa hujan. aku tahu. kau tahu kau kuat maka. kuterus berkata: "kuharap kau selalu dengan kata kita itu: masa depan
ya
untukku.................

2 komentar:

Unknown mengatakan...

sedih

A. Moses Levitt mengatakan...

yah, sedih jika kita tahu buruh perempuan belia kesusahan tapi kita tidak punya sumber daya buat tolongin mereka...

 
Powered by Blogger