AddThis

Share |

Kamis, 20 Mei 2010

Candry di Tatahan Senyum

<< sajak dibuat ketika saya tengah duduk di atas rumah panggung sederhana di daerah Pattene, sementara di samping saya ada temen saya: Valen dan Soni, Petrus sedang cuci muka di sumur >>


Bagaimana kuterangkan pengetahuan bila yang kuterima senyummu?
setiap kali rambutmu diselubungi kain biru tua, aku jadi jera pada pengetahuan.
tanpa.............pengertian..........lembaran-lembaran yang kosong belum tentu dapat di balik
setiap kali di isi penuh.

Di ujung mega, kupu-kupu biru bermain girang.
semakin tinggi terbangnya, mengepak tak lelah ke segala penjuru.
tempat itu yang kutunggu setiap datang pagi ke sini melihat bekas-bekas senyum
dan melihat kembali
setiap kali...........sekali lagi
melihat senyuman itu

Tak ada yang buta pada apa pun bahkan bagi yang tak melihat sejak hari lahir pun semua terbuka di depan
ke depan ke belakang. tinggal tubuh yang melusur. dan kudapatkan sebagian citramu begini:
bagai muslimah soleha yang tersenyum dan tak mau di sentuh. mungkin saja. lihat saja. di tengah kekasaran ada kelembutan yang terindah.
Aku, kalifatullah sejati. yang berpikir pada pengertian dan tak mau di ganggu kegelisahan. bayangan beda.
lalu kembali ke sini:
bagaimanakah kuterangkan semua ini. yang telah terjadi. pada setiap senyum di senja hari yang mau berpaut pada pengertian di gelisah hati sampai ke ujung hidup. tak pernah kita kan mengisi lembaran yang tak bisa dibalik tanpa coretan?

ataukah
senyum dan pengertian sudah terwujud untuk membuat coretan hari ini penuh sampai ke belakang......
aku tahu sulit pengertian ini merapat pada senyuman itu. tapi bukankah kita telah yakin mereka adalah wujud yang mampu menceritakan seuatu. kita tahu bahwa.....
tersenyum saja sudah cukup.

0 komentar:

 
Powered by Blogger