AddThis

Share |

Minggu, 23 Mei 2010

Istana kayu (4)

 << kadang-kadang di celah-celah ributnya mesin pemotong/ bubut, saya memandangi teman-teman buruh perempuan saya yang bekerja dengan tekun, mungkin saking tekunnya sehingga tatapan mereka kelihatan kosong. Saat itulah saya ingin cepat2 kembali dan menulis sajak untuk mereka, sebab saya takut kenangan akan perjuangan mereka lenyap >>

Aku setuju kalau dia berpikir bahwa masa mudanya itu mesti terus diisi dengan datang subuh-subuh ke taman itu dan duduk di bawah pohon rindang. dengan Aster merah mua di kelilingnya.
dia mengumpulkan bunga.
dia indah sekali.
sepenuhnya aku yakin. dia juga akan menjadi indah di masa tua. tapi akankah hari setelah hari ini akan menjadi seperti mimpinya?

Kadang kukasihani diriku yang harus melihatnya setiap pagi seperti itu.
tak bisa pulang sesuka hatinya sebab perih rasanya kalau dia terpaksa pulang di panas terik.
belum waktunya. aku harus menunggu. saatnya tiba. kamu mungkin..............

Itu katanya. sekali waktu aku bertanya kepadanya. kenapa dia tak gembira bisa pulang lebih awal. 
dari situ aku menyesal dan seterusnya aku hanya tersenyum padanya.
terharu setibanya aku di pikiran dan pengharapan akan masa nanti.

Karena dia menangis. dan aku pasti terluka.
bila musim bunga tak memekarkan Aster merah muda lagi. dia berpikir dia pasti mati kalau istana kayu tak membutuhkannya lagi.

Aku melihat. aku merasa. aku perhatikan. aku........... aku.......... pikir
ah............ cukup............... jangan!!!!!!!!!!!!!

0 komentar:

 
Powered by Blogger