AddThis

Share |

Sabtu, 22 Mei 2010

Istana Kayu (3)

<< biasanya pagi-pagi saya dan teman baik saya, Valent, datang dengan ojek ke pabrik itu. Kami sering berpapasan dengan seorang perempuan muda yang sudah bersuami dan beranak (keguguran, kata orang). Dia masih sangat muda: 16 thn >>


Merah muda warna bajumu. dengan kening lembut di atasnya. mengelokkan parasmu.
di atas kepalamu matahari bersinar terang.
tepat di atas mahkota kecantikanmu. yang selalu kau bungkam dengan selendang hitam.
kulihat kau di istana kayu itu.

Aku ingin selalu bercerita sebagai pembuka suasana baru ini.

Beberapa masa yang lampau, seorang gadis belia berjalan dengan nyanyian datar di bibirnya.
ketika itu, burung-burung berhenti mengepakkan sayap di udara.
mereka tenang mendengar.

Dengan keranjang anyam dari rotan. dia belit sedikit pita di tangkai lengkungnya. seperti pita merah muda di rambutnya. dia melangkah melewati rumput pagar taman. 
hari itu saja dia tak pakai selendang hitam itu.
cuma hari itu.

Sepertinya pikirannya kosong. hanya dengan sedikit pelajaran rumah tangga dan pengetahuan dari istana kayu.
tapi aku pernah belajar darinya. mungkin dia belajar menunggu. suatu hari nanti dia bertemu.
seorang pangeran di istana kayu dan punya buah kasmaran untuk ditimang selepas mengumpulkan bunga.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

menanti dalam sepi???...berharap akan ada yg mewarnai hidupx???

A. Moses Levitt mengatakan...

iya, mungkin tak akan pernah ada yg mewarnai hidupx sebab dia sudah diikatkan pada laki2 yg mengawininya... walau dia mencintai laki2 lain?

 
Powered by Blogger