AddThis

Share |

Rabu, 02 Juni 2010

Istana kayu (7)

(tiap kali tidur siang, berjejer bersama temen-temen saya, Valent, Soni, dan Petrus, saya selalu bermimpi tentang kehidupan yang nikmat di pabrik kayu tempat kami bekerja untuk satu bulan ini)

Beraninya kau membagi? bisanya kau bermimpi? lalu aku?

Makan di atas meja marmer merangsang mafsu makan. perut kenyang. ingatkan pada yang tak punya beras.
kursi-kursi terbuat dari jati. halus bergaris-garis seperti motif tenun. ingatkan pada yang tak punya waktu tidur siang.

Mata memejam karna mengharapkan kenikmatan dari kerja sepanjang sama. tentu tak ada sesuatu yang dapat di lahap ini mimpi.
lalu dengan mimpi tentang semua di atas itu dapat mengadakan perjamuan gembira. dapatkah mimpi dibagi?
kepadaku saja?

Tidur di istana kayu bagai berendam di air hangat. tubuh yang pegal di lemas-lemas. dengan cermin di depan yang menampakan wajah yang semakin bertuah. di istana kayu ini tak ada serbuk. deru-deru jauh dari  kamar dan lampu-lampu gemerlapan menggetarkan siang. untuk apakah terjaga terus? untuk mimpi yang dibagi atau untuk perut? wajah di cermin kembali terpantul semakin bertuah. semakin bertuah. ini cuma mimpi.
aku. aku bermimpi lama aku. aku menikmati makan siang dengan ayam-ayam hutan. kugigit sepotong mereka patuk sekali begitu sampai selesai. kali ini aku tak bermimpi lama aku. aku menikmati gerak tanganku dengan deru air terjun. kusenyum sekali mereka balas sekali begitu sampai selesai. aku berani berbagi. aku puas bermimpi walau cuma berbagi dalam mimpi kuyakin ini ada dalam kenyataan.
lalu kau?

6 komentar:

windflowers mengatakan...

sebuah renungan yg cukup menyentuh..have a great day...^_^ aku follow ya..thanks..

A. Moses Levitt mengatakan...

antosajak menyambut hangat follow dr mbak windflower...thanks atas komenx...
buat saya, memang sangat mengharukan sebab sebagian besar perempuan belia harus bekerja demi sesuatu yg kadang gak pasti buat masa dpn mereka

SIANG SORE mengatakan...

bermimpi ttg apa atau siapa. pada istana kayu ada harapan yg menggatung di antara tumpukan-tumpukan kayu yg entah didatangkan secara legal atau ilegal. pada istana kayu ada tangisan hutan yang tertambat.dan ada erangan singa yg sedang mencari tempat meletakan kepalanya.

A. Moses Levitt mengatakan...

semua itu tidak legal tapi demi perut n kekolotan kampung n demi perempuan belia dan anak yg merengek ngilu di rumah, semua org di pabrik harus punya mimpi, entah seperti apapun itu...siapa yg jahat, oh Tuhan?

SIANG SORE mengatakan...

mimpi yg terkadang hanya bertengger pada ranting angsana yg mudah dipatahkan oleh badai yg bergemurh. hanya saja mimpi itu tetap tergolek lemas di sekitar tanah berlumpur ketika dahan ranting patah tersebut diterbangkan oleh badai.

A. Moses Levitt mengatakan...

begitulah hakekat buruh perempuan
semestinya siapa yg akan membela mereka dan mengembalikan hutan pada tuannya?

 
Powered by Blogger